Kalau ada lagu ‘Naik-naik ke Puncak Gunung’, maka kini ada metafora lanjutannya ‘Naik-naik ke Puncak Utang’. Pasalnya, selama Januari-Oktober 2011 pemerintah telah melakukan penarikan utang Rp197,86 triliun. Ini sudah mencapai 73% dari target 2011 yang nilainya Rp182,01 triliun.
Total utang pemerintah Indonesia hingga Oktober 2011 mencapai Rp1.768,04 triliun. Dalam sebulan jumlah utang itu naik Rp 13,13 triliun dibanding posisi September 2011 yang sebesar Rp 1.754,91 triliun. “Utang era Presiden SBY terus meninggi, namun manfaatnya tidak terukur dan tak terdeteksi, kecuali bahwa rakyat harus membayarnya lagi,” kata Dani Setiawan, aktivis Koalisi Anti-Utang.
Data yang dirilis Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu menyingkapkan rincian realisasinya sampai Oktober 2011 adalah, pinjaman luar negeri ditargetkan Rp58,93 triliun, realisasinya Rp15,55 triliun (26,4%). Ini terdiri dari pinjaman program dan pinjaman proyek.
Sementara pinjaman dalam negeri ditargetkan Rp1 triliun, realisasinya Rp300 miliar. Juga surat Utang (Surat Berharga Negara) ditargetkan Rp211,18 triliun, realisasinya Rp182,01 triliun (86,2%). Utang ini biasanya digunakan untuk membiayai defisit anggaran dan membayar cicilan utang dan bunganya yang jatuh tempo, atau istilahnya refinancing.
Kalau dibandingkan dengan jumlah utang Desember 2010 yang sebesar Rp1.676,85 triliun, jumlah utang hingga Oktober 2011 bertambah Rp91,19 triliun. Secara rasio terhadap PDB, utang RI juga naik dari 27,3% pada September menjadi 27,5% pada Oktober.
Dan kalau dihitung dengan denominasi dolar AS, jumlah utang pemerintah hingga Oktober 2011 mencapai US$ 200,12 miliar. Jumlah ini naik dibandingkan per September 2011 yang sebesar US$ 198,9 miliar miliar. Utang dalam dolar AS ini lebih tinggi dibandingkan Desember 2010 yang sebesar US$ 186,5 miliar.
Utang pemerintah terdiri dari pinjaman US$68,5 miliar dan surat berharga US$131,62 miliar. Jika menggunakan PDB Indonesia yang sebesar Rp6.422,9 triliun, maka rasio utang Indonesia per Oktober 2011 tercatat sebesar 27,5%.
Sementara rincian pinjaman yang diperoleh pemerintah pusat hingga akhir Oktober 2011, bilateral US$42,69 miliar, multilateral: US$22,66 miliar, komersial US$3,01 miliar, supplier US$50 juta dan pinjaman dalam negeri US$80 juta
Sejauh ini, total surat utang yang telah diterbitkan oleh pemerintah sampai Oktober 2011 mencapai US$ 131,62 miliar. Naik dibandingkan posisi Desember 2010 yang sebesar US$ 118,39 miliar.
Berikut catatan utang pemerintah pusat dan rasionya terhadap PDB sejak 2000. Pada 2000 Rp1.234,28 triliun (89%), 2001 Rp 1.273,18 triliun (77%), 2002 Rp1.225,15 triliun (67%), 2003 Rp1.232,5 triliun (61%), 2004 Rp1.299,5 triliun (57%), 2005 Rp1.313,5 triliun (47%), 2006 Rp1.302,16 triliun (39%), 2007 Rp1.389,41 triliun (35%), 2008 Rp1.636,74 triliun (33%), 2009 Rp1.590,66 triliun (28%), 2010 Rp1.676,15 triliun (26%) dan Oktober 2011 Rp1.768,04 triliun (27,5%).
Kendati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus mengingatkan para menterinya untuk tegas mengurangi utang luar negeri, kenaikan utang ternyata tetap meruncing. SBY meminta persentase utang pemerintah terhadap PDB di 2014 harus ditekan menjadi paling besar 22%.
SBY juga meminta dengan tegas agar tiap tahun jumlah utang yang dibayar harus lebih besar dari jumlah utang yang ditarik pemerintah. Namun berbarengan dengan itu, jumlah utang terus menggunung, seakan SBY mengajak rakyat ‘naik-naik ke puncak gunung utang’, yang bisa membuat ekonomi rakyat kian pincang.
0 comments:
Posting Komentar