
"Saya melayani Sri Sultan Hamengku Buwono IX selama 36 tahun dan saya diberi pesan khusus untuk memberi penjelasan tentang DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) kepada masyarakat luas," kata Sudomo dalam acara bedah buku di nDalem Yudonegaran Yogyakarta, Minggu (20/2/2011).
Menurut dia, Sri Sultan HB IX memiliki ciri khas kepemimpinan dhupak bujang esem bupati sasmita narendra, yaitu pesan tidak harus disampaikan secara harfiah, bahkan dengan senyuman dan simbol-simbol, mengandung pesan lebih banyak daripada pesan yang dituliskan.
Pesan Sri Sultan HB IX kepada Sudomo untuk memberitahukan kepada masyarakat tentang DIY tersebut tidak pernah disertai dengan pokok-pokok pesan yang harus disampaikan kepada masyarakat tentang DIY.
"Karenanya, saya mencoba untuk menangkap isi hati dan isi pikiran Sri Sultan HB IX tentang DIY," katanya yang menyatakan bahwa Sultan HB IX memiliki ketegasan sikap tentang DIY.
Ia menilai, sikap dan pendirian Sri Sultan HB IX tentang DIY dan hubungannya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tersebut penting diberitahukan ke masyarakat luas, karena Negeri Yogyakarta sudah ada sebelum Indonesia merdeka, namun Yogyakarta memilih untuk bergabung dengan Indonesia.
"Tetapi berkat keputusan Sri Sultan HB IX dan Paku Alam VIII, diputuskan bahwa DIY menjadi bagian NKRI. Sebenarnya, bisa saja DIY memilih tidak bergabung dengan NKRI," katanya.
Buku dengan tebal 244 halaman tersebut ditulis Sudomo bersama anak kandungnya yang juga peneliti kebudayaan Haryadi Baskara. "Melalui buku ini, wasiat dari HB IX memang bukan wasiat yang implisit, tetapi dapat tergambarkan dari sikap dan ketegasan beliau tentang DIY," kata Haryadi.
Haryadi mengatakan, buku tersebut bertuliskan paparan dari rangkaian peristiwa-peristiwa yang relevan dengan sikap Sri Sultan HB IX terkait DIY. "Dari sikap-sikap Sri Sultan HB IX menunjukkan bahwa beliau tidak pernah main-main dengan keberadaan DIY. Ini adalah wasiat beliau," katanya.
Sampul buku tersebut, juga sengaja dipilih foto antara Presiden Soekarno dan Sri Sultan HB IX, yang dimiliki Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY dan menggambarkan kesetaraan dan sikap saling menghargai antara kedua pemimpin tersebut.
Sementara itu, sejarawan yang juga dosen di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Baskara Wardaya mengatakan, wasiat bukan merupakan barang mati, tetapi kehidupan dan kata-kata dari Sri Sultan HB IX akan selalu mengikuti NKRI sampai sekarang.
Bedah buku tersebut menjadi bagian dari rangkaian acara pengukuhan Yogyakarta Kota Republik.
Related Post:
Pengetahuan Menarik
- Syair Pemanggil Kuntilanak
- Parfum Lady Gaga Beraroma Sperma dan Darah
- Inilah Alasan Wanita Pamer Foto Seksi di FB ( Full Pict )
- Inilah Daftar Negara Bebas Prostitusi
- 10 Atlet Wanita Ter-Seksi Di Dunia
- Inovasi Terbaru, BRA Anti Kejahatan
- Inilah Tanda-Tanda Kamu Ketagihan Seks
- Para Artis yang Melakukan Operasi Payudara
- Inilah Cewek Terseksi Di Facebook
- Inilah Cara Mudah & Cepat Bikin Cewek HORNY
- Manami Oku Ex. AKB48 Imut Banget gan
- Nenek Ini Setiap Hari Terganggu Suara Tetangga Bercinta
- Ciri Ciri Pria Yang Memiliki Penis Kecil (Wajib Baca!!)
- Ritual Mesum di Gunung Kemukus Sragen Jawa Tengah
- Aksi HOT ABG Ciuman Yang di Jadikan Foto Profil Facebook
- Wanita Layani Suami di Ranjang Bak Pelacur
- Cewek Pemandu Warnet yang Cantik dan Seksi
- Inilah Bedanya Cewe Amrik, Prancis dan Indonesia ( BB+17 )
- 8 Tipe Dan Sifat Cewek Di Sekolah
- Fakta Nyata Ciri Cewek Yang Sudah Tak Perawan
- Memahami Kepribadian Cewek Jepang dan Korea,Mau Pilih Mana?
- Apakah Lulus = Seneng???
- Dua Kali Ditegur KPI, Olga Kembali Cela Penonton 'DahSyat'
- 7 Hal Yang Mulai Luntur Pada Diri Remaja Indonesia
- Video Seorang Gadis Mencuri Uang dengan cara Dimasukan ke'Anu'nya
0 comments:
Posting Komentar