China Larang Pakai Nama Palsu di Sosial Media - China semakin mempererat genggaman mereka di laman sosial media (sosmed), demi mencegah komentar negatif soal pemerintah komunis. Peraturan terbaru, para pengguna sosmed paling populer di China, Sina Weibo, dilarang pakai nama palsu.
Dilansir dari Telegraph, Sabtu 17 maret 2012, pemerintah China mewajibkan 250 juta pengguna Weibo mendaftar ulang dan mencantumkan nama asli, nomor telepon dan nomor kartu identitas mereka. Jika tidak, maka mereka dipastikan tidak bisa menuliskan status apapun di sosmed mirip Twitter tersebut.
Tercatat, hanya 19 juta pengguna yang melakukan daftar ulang. Hingga penutupan, Jumat malam, jumlah itu tidak bertambah.
Langkah ini dilakukan pemerintah China untuk memudahkan mereka mencari dan menangkap para pemilik akun, jika menulis sesuatu yang negatif terhadap pemerintah. Hal ini menyusul popularitas Weibo yang semakin menggantikan fungsi televisi dan koran.
Seperti sosmed lainnya, Weibo juga menjadi tempat berbagi berita, gosip, hiburan, skandal dan opini. Pengaruhnya terhadap berbagai kebijakan pemerintah juga cukup terasa.
Contohnya pada kecelakaan kereta cepat di Wenzhou Juli tahun lalu. Ribuan pengguna Weibo menuntut investigasi transparan, memaksa pemerintah beberapa kali mengubah informasi yang telah mereka sampaikan.
Weibo dianggap sebagai alternatif sosmed satu-satunya di China setelah Twitter dan Facebook dibredel sejak beberapa tahun lalu. Tidak hanya masyarakat sipil, sekitar 50.000 pegawai pemerintah, partisan partai komunis, dan pejabat tinggi memiliki akun mereka di sosmed ini. (eh)
Dilansir dari Telegraph, Sabtu 17 maret 2012, pemerintah China mewajibkan 250 juta pengguna Weibo mendaftar ulang dan mencantumkan nama asli, nomor telepon dan nomor kartu identitas mereka. Jika tidak, maka mereka dipastikan tidak bisa menuliskan status apapun di sosmed mirip Twitter tersebut.
Tercatat, hanya 19 juta pengguna yang melakukan daftar ulang. Hingga penutupan, Jumat malam, jumlah itu tidak bertambah.
Langkah ini dilakukan pemerintah China untuk memudahkan mereka mencari dan menangkap para pemilik akun, jika menulis sesuatu yang negatif terhadap pemerintah. Hal ini menyusul popularitas Weibo yang semakin menggantikan fungsi televisi dan koran.
Seperti sosmed lainnya, Weibo juga menjadi tempat berbagi berita, gosip, hiburan, skandal dan opini. Pengaruhnya terhadap berbagai kebijakan pemerintah juga cukup terasa.
Contohnya pada kecelakaan kereta cepat di Wenzhou Juli tahun lalu. Ribuan pengguna Weibo menuntut investigasi transparan, memaksa pemerintah beberapa kali mengubah informasi yang telah mereka sampaikan.
Weibo dianggap sebagai alternatif sosmed satu-satunya di China setelah Twitter dan Facebook dibredel sejak beberapa tahun lalu. Tidak hanya masyarakat sipil, sekitar 50.000 pegawai pemerintah, partisan partai komunis, dan pejabat tinggi memiliki akun mereka di sosmed ini. (eh)
0 comments:
Posting Komentar