Gatal-gatal di tenggorokan setelah berciuman bisa jadi salah satu tanda alergi.
KapanLagi.com - Suatu malam, seorang pria mendapati bibirnya membengkak dan rongga mulut serta tenggorokannya gatal sekali. Saat itu, dia baru saja mengantar pulang pasangannya setelah melewatkan kencan yang hangat dan menyenangkan. Dia pun segera ingat bahwa gejala seperti ini adalah tanda alergi ikan lautnya kambuh, namun karena tidak merasa mengonsumsi ikan laut sebelumnya, maka dia membiarkan saja gangguan itu. Akhirnya sang pria ingat saat kencan tadi, kekasihnya yang menyantap menu ikan laut. Bagaimana bisa kekasihnya yang menyantap namun dirinya timbul alergi pula?
Seperti diberitakan di ScienceDaily, sebuah pertemuan ilmuwan tahunan American College of Allergy, Asthma and Immunology (ACAAI) di Phoenix, tanggal 11 hingga 16 November, menjawab rasa keheranan ini. Menurut para peneliti ini, walaupun telah menyikat gigi dan berkumur beberapa jam sebelumnya, berciuman dapat menyalurkan zat aktif suatu makanan yang bisa menjadi alergi bagi orang lain. Dalam kasus di atas, pasangan kekasih tersebut mungkin berciuman sesaat setelah salah satu dari mereka menyantap ikan laut.
Menurut Sami Bahna, MD, presiden dari ACAAI, hal ini disebabkan karena saliva (air liur) pasangan masih membawa zat allergen (penyebab alergi) beberapa jam setelah makanan tersebut diserap oleh tubuh mereka. Ketika berciuman, pertukaran air liur tidak bisa dihindari sehingga zat allergen tersebut bisa masuk ke tubuh pasangan lainnya dan menimbulkan reaksi alergi dari dalam tubuhnya.
Tidak hanya ikan laut, alergi karena berciuman ini bisa terjadi pada semua orang yang memiliki alergi pada semua makanan, minuman maupun obat-obatan tertentu. Gejalanya meliputi bibir dan tenggorokan yang membengkak, gatal dan merah-merah, yang terjadi beberapa saat setelah Anda berciuman. Saran para ahli alergi pada pasangan kekasih adalah hindari mengonsumsi makanan allergen selama 16 hingga 24 jam sebelum berciuman dengan pasangan, dan tidak lupa menyikat gigi serta berkumur. Namun dalam beberapa kasus, alergi masih bisa terjadi walaupun sudah 24 jam tidak mengonsumsi zat allergen.
Tidak hanya berciuman, alergi juga bisa terjadi pada hubungan intim. Spermisida (anti sperma), lubrikan, lateks atau bahkan cairan semen dari pria pasangannya juga bisa menimbulkan alergi pada wanita. Beberapa orang juga alergi pada cairan kimia alami yang dikeluarkan oleh tubuh saat aktivitas fisik dan emosinya sedang memuncak selama interaksi seksual. Dr. Bahna menyarankan bagi mereka yang alergi dengan cairan semen pasangannya, gunakan kondom atau immunoterapi sesuai dengan nasehat dokter ahli alergi. Dalam kasus yang tidak parah, tindakan pencegahan dengan antihistamine bisa membantu.
Diperkirakan masih ada banyak lagi gejala alergi karena berciuman dan berhubungan intim, namun yang bersangkutan enggan untuk mengungkapkan, menurut Dr. Bahna. Padahal dengan mengungkapkan keluhan pada dokter ahli alergi, bisa diketahui penyebab alergi dan diberikan perawatan yang tepat agar tidak alergi lagi. Jadi untuk Anda, para wanita, jangan ragu untuk mengungkapkan gejala-gejala tidak biasa yang muncul setelah penggunaan lubrikan, kondom atau setelah berciuman dan berhubungan intim. Tidak ada yang perlu menderita untuk ekspresi cinta Anda!
0 comments:
Posting Komentar