Ilustrasi.(Foto : InspirasiDaily.com)Pada suatu malam, ketika seorang bhiksu tua dalam perjalanannya pulang ke kuilnya, tiba-tiba guntur bergemuruh dengan keras, hujan mulai turun dengan deras. Kelihatannya hujan tidak akan segera berhenti.
Bhiksu tua ini dengan cemas memandang kesekelilingnya, beruntung tidak jauh dari tempat itu dia melihat ada sebuah rumah besar. Dia lalu bergegas berjalan ke rumah tersebut mencari tempat berteduh dan berharap bisa menginap disana satu malam.
Pekarangan rumah ini sangat besar, seorang pelayan keluar melihat bhiksu tua yang sedang mengetuk pintu. Si Pelayan menanyakan maksud kedatangan biksu tua dan berkata dengan suara dingin.
“Majikan saya selamanya tidak berjodoh dengan bhiksu, sebaiknya engkau pergi dari sini!” kata pelayan itu.
“Hujan sangat deras dan disekitar daerah ini tidak ada rumah yang lain, tolong bantulah saya,” jawab Bhiksu tua itu memohon.
“Saya tidak bisa mengambil keputusan, tunggu sebentar saya masuk kedalam bertanya kepada majikan saya,” sahut si pelayan lagi.
Pelayan itu masuk kedalam meminta izin, sebentar kemudian keluar lagi. Dia masih tetap tidak mengizinkan. Bhiksu tua memohon untuk diperbolehkan berteduh di teras rumah, tetapi pelayan ini tetap menggelengkan kepalanya. Bhiksu tidak bisa berbuat apapun, lalu bertanya kepada pelayan itu nama majikannya. Kemudian dia berjalan dibawah terpaan hujan deras dalam keadaan basah kuyup menempuh perjalanan kembali ke kuil.
Tiga tahun kemudian, majikan rumah besar ini mengambil seorang selir, dia sangat cinta kepada selir ini. Selir ini ingin pergi ke kuil membakar dupa dan berdoa, tuan ini pergi bersamanya.
Setelah tiba di kuil dia melihat namanya tertulis di sebuah kartu panjang umur yang terdapat di depan altar, di dalam hatinya bertanya-tanya, lalu dia memanggil seorang bhiksu kecil yang sedang mebersihkan dan bertanya kepadanya apa yang sedang terjadi. Bhiksu kecil ini dengan tersenyum lalu berkata.
"Ini ditulis oleh kepala biara tiga tahun yang lalu, pada suatu hari di bawah siraman hujan deras kembali ke kuil, mengatakan ada seseorang yang tidak mempunyai takdir pertemuan yang baik dengannya, oleh sebab itu dia menulis sebuah kartu panjang umur, setiap hari berdoa untuknya, semoga dia dan tuan ini dapat mengakhiri takdir pertemuan yang jelek, semoga bernasib baik, sedangkan rincian kejadian sebenarnya kami tidak begitu jelas,” kisah Bhiksu kecil.
Tuan ini setelah mendengar perkataan bhiksu kecil ini, segera mengerti, di dalam hatinya merasa sangat malu dan gelisah…. Kemudian, dia menjadi pendonor paling besar dan tetap untuk kuil ini.
0 comments:
Posting Komentar